Jumat, 02 Desember 2011

percakapan 5 sahabat

Narator                  : Nunu dan Aulia merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Aulia jatuh miskin, Nunu pun tak ingin lagi bersahabat dengan Aulia. Suatu siang ketika Aulia, Nunu, Ardiana, Indah dan Mala sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Aulia dengan berat hati mengatakan kepada Nunu untuk membantunya. Karena menurutnya Nunu lah yang bisa menolongnya dan Nunu merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Nunu balik menghina Aulia.
Aulia                       : Nunu, bisakah kau menolongku sedikit saja?
Nunu                      : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?
Aulia                       : Kenapa dengan mu Nunu? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?
Nunu                      : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.
Ardiana                  : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Aulia                       : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Nunu?
Nunu                      : Baik-baik saja? Gini ya Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.
( Aulia pun pergi karena mendengar perkataan Nunu seperti itu )
Ardiana                  : Jangan begitu Nunu. Bukannya kau dan Aulia memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Aulia dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Mala                       : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.
Indah                      : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Nunu                      : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Mala                       : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Aulia berakhir seperti ini.
Nunu                      : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian.
( Nunu pun langsung pulang )
Indah                      : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Aulia. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Aulia ketika ada masalah?
Ardiana                  : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Nunu hanya mau berteman dengan orang yang Kaya.
Mala                       : Pantas saja.
Indah                      : Pantas apanya?
Mala                       : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.
Ardiana                  : betul itu.
Narator                  : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Aulia. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Aulia di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.
Ardiana                  : Hey bukannya itu Aulia?
Indah                      : ia benar itu Aulia. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.
Ardiana                  : ia benar.
(Ardiana pun langsung menarik Nunu yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya)
Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?
Nunu                      : haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin.
Indah                      : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia.
Ardiana                  : Aulia, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?
Aulia                       : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat.
Nunu                      : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang miskin.
Mala                       : sudahlah Nunu, begitu-begitu Aulia itu sahabatmu.
Ardiana                  : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Aulia?
Aulia                       : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup.
Indah                      : Mulia betul hati mu sobat.
Nunu                      : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? Kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Aulia                       : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Nunu.
(Aulia pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk)
Ardiana                  : sudah puas kau menyakiti dia? Ingat Nunu, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Aulia rasakan sekarang.
Indah                      : Betul itu.
Nunu                      : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha…
( sambil tertawa Nunu pun jalan meninggalkan mereka bertiga)
Indah                      : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Ardiana                  : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita
Mala                       : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Aulia.
( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )
Narator                  : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Aulia. Dan ketika semuanya telah terjadi, Nunu pun merasakan apa yang dulu Aulia rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Nunu tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Aulia.

2 komentar: